Dampak Positif Etnosentrisme Batak Angkola Sipirok Dalam Gerakan Marsipature Hutana Be (1988-1990)
DOI:
https://doi.org/10.56832/edu.v5i1.827Keywords:
Etnosentrisme, Batak Angkola, Sipirok, Marsipature Hutana BeAbstract
Etnosentrisme merupakan sikap yang rentan terjadi di Indonesia, berbagai etnis yang berbeda menjadi salah satu pemicunya. Dalam sejarah Indonesia, penduduk telah merasakan dampak negatif dari etnosentrisme para penjajah baik itu dari kolonial Belanda maupun Jepang. Setelah kemerdekaan, sikap etnosentrisme lagi-lagi menjadi masalah, dimana terdapat beberapa pemberontakan pasca kemerdekaan hingga konflik antar dua etnis berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode penulisa sejarah yang memiliki empat langkah, yaitu: (1) Heuristik; (2) Kritik; (3) Interpretasi; dan (4) Historiografi. Dengan pendekatan yang dilakukan melalui teori ilmu sosial sebagai interpretasi dalam penulisan sejarah etnosentrisme Batak Angkola Sipirok dalam gerakan Marsipature Hutanabe 1988-1990.
Penelitian ini menggunakan metode penulisa sejarah yang memiliki empat langkah, yaitu: (1) Heuristik; (2) Kritik; (3) Interpretasi; dan (4) Historiografi. Dengan pendekatan yang dilakukan melalui teori ilmu sosial sebagai interpretasi dalam penulisan sejarah etnosentrisme Batak Angkola Sipirok dalam gerakan Marsipature Hutanabe 1988-1990.
Etnosentrisme Batak Angkola Sipirok dalam Gerakan Marsipature Hutanabe pada tahun 1988 mulanya dianggap sebagai sikap primordialisme Guberbur Raja Inal Siregar yang tidak mampu meninggalkan kesukuannya, namun usulan gerakan pembangunan desa yang diadaptasi dari semboyan kuno suku Batak Angkola mendapat perhatian dan respon positif oleh kelompok etnis Batak Angkola di Sipirok, demikian timbullah sikap etnosentrisme yang etnis Batak Angkola baik yang di Sipirok dan diluar daerah mulai mengagungkan gerakan pembangunan desa yang dikaitkan dengan semboyan nenek moyak mereka.
References
Akhtar, Malik Huma & Malik, Fizana Ashraf. (2022). Emile Durkheim Contributions to Sociology. IJAMR: International Journal of Academic Multidisciplinary Research, 6(2), 7-10.
Amri, Yusni Khairul. & Syahputri, Diani. (2021). Bittot Van De Longas’ Indiscriminate as a Message of Angkola Culture, BIRCI-Journal: Budapest International Research and Critics Institute-Journal, 4(4), 10539-10546.
Andaya, Barbara Watson. (1995). Upstreams and Downstreams in Early Modern Sumatra. The Historian, 57(3), 537-552.
ariss, Leonard Y. (2002). The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the ‘Batak’. Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde: Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia, 158(3), 367-409.
Ariss, Robert Mcleod. (1969). A Critique of the Concept Ethnocentrism as Set Forth in Selected Social Science Literature (Publication No. 7005197) [Doctoral dissertation, University of Southern California]. ProQuest Dissertations Publishing.
Bappelitbang. (2023). Sejarah-bappelitbang.sumutprov.go.id. Sumutprov.go.id. Bappelitbang: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Bizumic, Boris. Monaghan, Conal. & Priest, Daniel. (2021). The Return of Ethnocentrism. Political Psychology, 42(1), 29-73.
Bruner, Edward M. (1961). Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. JSTOR: American Anthropologist, 63(3), 508-521.
Bruner, Edward M. (1999). Return to Sumatra: 1957, 1997. American Anthropological Association; American Ethnologist, 26(2), 461-477.
Gottschalk, Louis. (1995). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press.
Haria, Muhammad Tok Wan. 2006. Gubernur Sumatera dan Para Gubernur Sumatera Utara. Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Hoshour, Cathy A. (1997). Resettlement and the Politicization of Ethnicity in Indonesia. Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde: Riau in Transition, 153(4), 557-576.
Jakarta: Kencana.
Jr, William R. Catton. & Hong, Sung Chick. (1962). The Relation of Apparent Minority Ethnocentrism to Majority Antipathy, JSTOR: American Sosiological Review, 27(2), 178-191.
Kipp, Rita Smith. (1993). Dissociated Identities: Ethnicity, Religion, and Class in an Indonesian Society. Ann Arbor: University of Michigan Press.
Kuntowijoyo. (2018). Pengertian Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Majid, M Dien. & Wahyudi, Johan. (2014). Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar.
Muda, Indra. & Sharyanto, Agung. (2020). Analysis of life’s inter-religious harmony based on the philosophy of Dalihan Na Tolu in Sipirok Sub-district, South Tapanuli Regency, North Sumatera Province. Journal of Human Behavior in the Social Environment, 30(5), 533-540.
Rahman, Mohammad Taufiq. (2011). Glosari Teori Sosial. Bandung: Ibnu Sina Press.
Reid, Anthony. (1987). The Identity of “Sumatra” in History. Canberra: Australian National University Research Publications.
Rodgers, Susan. (2012). How i Learned Batak: Studying the Angkola Batak Language in 1970s New Order Indonesia. JSTOR: Indoneisa, 9(3), 1-32.
Siregar, Raja Inal. (1990). Marsipature Hutanabe. Medan: Harian Analisa.
Stoler, Ann Laura. (1988). Working the Revolution: Plantation Laborers and the People’s Militia in North Sumatra. The Journal of Asian Studies, 47(2), 227247.
Sumner, William Graham. (2007). Folkways: A Study of Mores, Manners, Customs and Morals. New York: Cosimo Classics.
Thomas, Karen Kartomi. (2015). Masks of Sumatra. Asian Theatre Journal, 32(2), 575-597.